Ritual Ganti Langse di Palenggahan Agung Srigati Alas Ketonggo Ngawi: Studi Makna Simbolik dan Potensinya Sebagai Sumber Ketahanan Budaya
DOI:
https://doi.org/10.25273/gulawentah.v4i2.5521Keywords:
Ritual Ganti Langse, Makna Simbolik, Sumber Ketahanan BudayaAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai simbolik Ritual Ganti Langse dan potensinya sebagai sumber ketahanan budaya. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian ini adalah Ritual Ganti Langse dilaksanakan di Palenggahan Agung Srigati Alas Ketonggo Ngawi. Subjek penelitian adalah masyarakat dan juru kunci Alas Ketonggo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Palenggahan Agung Srigati merupakan tempat bertapa Raden Brawijaya V (2) Ritual Ganti Langse dilaksanakan pada bulan Syuro tanggal 14 malam 15. Hal ini bertujuan untuk mengganti kain penutup dari Palenggahan Agung Srigati yang memiliki makna membuka lembaran baru kehidupan serta membersihkan diri dari hal-hal yang dilakukan pada waktu 1 tahun dilalui (5) Nilai yang dapat diambil adalah nilai sejarah, makna simbolik dan sumber ketahanan budaya (6) Nilai-nilai tersebut memiliki potensi sebagai sumber ketahanan budaya yang bisa diwariskan kepada generasi penerus.
Downloads
References
Andriani, F. (2018). Mitos Alas Ketonggo Srigati (Petilasan Prabu Brawijaya V) Di Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi (Kajian Struktur, Fungsi, Nilai Budaya, Dan Pengaruh). BAPALA, 5(1).
Ardyanti, D. (2018). Ekspresi Verbal dan Nonverbal dalam Upacara Ganti Langse Palenggahan Ageng di Alas Srigati Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi (Suatu Kajian Etnolinguistik).
Brata, I. B. (2016). Kearifan budaya lokal perekat identitas bangsa. Jurnal Bakti Saraswati (JBS), 5(1).
Chrisdyanto, F. S. (2013). Makna Filisofis Sajrone Tradhisi Ganti Langse ing Petilasan Prabu Kertabumi. BARADHA, 1(3).
Fitriyani, N. H., Andayani, A., & Sumarlam, S. (2017). Makna Tari Bedhaya Ketawang sebagai Upaya Pengenalan Budaya Jawa dalam Pembelajaran BIPA. Paper presented at the Proceedings Education and Language International Conference.
Hanif, M., & Zulianti, Z. (2012). Simbolisme Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo. AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA, 2(1).
Hastarini, A. D. (2011). Pergeseran tari bedhaya ketawang (Pergeseran dan Perubahan Tari Bedhaya Ketawang Setelah Keraton Bergabung Dengan NKRI).
Heruditya, A. H. (2017). MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO (KAJIAN FILSAFAT KEBATINAN JAWA).
Herusasoto, B. (2008). Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak.
Kusumaningrum, R. (2016). Fungsi Tari Bedhaya Srigati dalam Upacara Ganti Langse di Desa Babadan Kabupaten Ngawi. INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) SURAKARTA,
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2002). The qualitative researcher’s companion: California: Sage Publications.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nadlir, M. (2014). Urgensi Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 2(2), 299-330.
Nuryani, A., & Hanif, M. (2013). Studi Sosio Religi Wisata Alas Ketonggo Desa Babadan Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA, 3(02).
Suwardani, N. P. (2015). Pewarisan nilai-nilai kearifan lokal untuk memproteksi masyarakat Bali dari dampak negatif globalisasi. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 5(2).