Peran Konselor Dalam Mewujudkan Ajeg Bali Sebagai Perempuan Hindu Bali
DOI:
https://doi.org/10.25273/counsellia.v12i2.15398Keywords:
Ajeg Bali, Perempuan Hindu Bali, Peran konselorAbstract
Ajeg Bali adalah Bali yang kokoh, tak tergoyahkan, teratur, tegak dan lestari dalam mempertahankan identitas manusia etnik Bali. Dalam mewujudkan pembangunan masyarakat yang ajeg Bali, pemerintah membuat program cinta budaya yang diprioritaskan bagi kaum perempuan hindu Bali yang dituangkan dalam wadah PKK, yang merupakan sebuah organisasi perempuan hindu Bali pada suatu desa pakraman. Peran konselor dalam mewujudkan perempuan hindu Bali yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai, adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat Bali sebenarnya sudah menyadari akan hak dan kewajibannya, baik di lingkungan keluarga, banjar, ataupun desa, serta komunitas yang lebih luas.Peranan perempuan Bali yang mengajegkan Bali dalam adat dan budaya, khususnya yang menyangkut tradisi dan upacara yang bersifat domestik, seharusnya tidak perlu menggagalkan disektor publik karena ada banyak solusi yang dapat dipakai untuk mengatasi dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi yang efektif dan efisien. Walaupun adanya perubahan jaman yang semakin modern dan semakin berkembang, namun perempuan Bali dapat berperan aktif, kreatif dan inovatif tanpa mengurangi nilai-nilai dari budaya adat Bali sehingga tetap mengajegkan Bali. Proses perubahan yang terjadi di masyarakat ternyata cukup berpengaruh pada perubahan cara pandang terhadap peran perempuan Bali, namun tidak disertai oleh suatu proses bagaimana cara mengubah tradisi yang ada dan sedang berlangsung di masyarakat.Dalam hal ini, konselor berperan memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana peran perempuan hindu Bali dalam masyarakat yang berada pada kondisi lingkungan sosial budaya yang khas dan unik. Pemahamannya hanya dapat dilakukan dengan memberikan empati tidak hanya sekadar simpati pada perempuan itu sendiri. Peranan perempuan Bali yang berkembang dari posisinya hanya sebagai istri, kini berkembang sebagai pendamping suami dengan urusan dapur sampai pada tingkat kepala keluarga yang tidak mengabaikan urusan rumah tangga, juga melaksanakan tugas-tugas non domestik di luar rumah tangga. Demikian pula perempuan hindu Bali yang masa kini dapat menuangkan pemikiran-pemikiran yang logis, kreatif dan inovatif, dalam menjalankannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai perempuan yang bekerja, tetapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai,
Downloads
References
Ardika I Wayan. 2004. “Dekolonialisasi Teoritik : Wacana Perempuanâ€. Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya Fakultas Sastra Universitas Udayana No. 8 Tahun XV. Yayasan Guna Widya
Atmaja, Nengah Bawa. 2005.â€Bali Pada Era Globalisasi : Pulau Seribu Pulau Tidak Seindah Penampilannyaâ€. (Hasil Penelitian –Studi Kasus Pada Berbagai Desa). Singaraja
Awig-Awig Desa Pekraman Kaba-Kaba. 2014
N. Putrawan. 2008. “Babad Bali Baru : Sejarah Kependudukan Bali 1912 – 2000â€. Cet. 1-Denpasar. Pustaka Manikgeni
Satria Naradha. 2004. “Ajeg Bali : Sebuah Cita-Citaâ€. Denpasar. Bali post
Saraswati, Tumbu. 1997. “Peran Ganda Wanita Sebagai Sumber Daya Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Generasi Mudaâ€. Dalam Dadang S Anshori, et al (ed). Membincangkan Feminisme Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita. Pustaka Hidayah
Suryani, Luh Ketut. 1993. “ Peran Ganda Wanita Bali – Hinduâ€. Dalam Daniel Tifa dan Sudyatmika Sugriwa (ed). Rahasia Pembangunan Bali. Jakarta : Suara Karya-Citra Budaya
Picard, M. (2008). Balinese identity as tourist attraction: From ‘cultural tourism’ (pariwisata budaya) to ‘Bali erect’ (ajeg Bali). Tourist Studies, 8(2), 155–173. https://doi.org/10.1177/1468797608099246 DOI: https://doi.org/10.1177/1468797608099246
Prajnawrdhi, T. A., Karuppannan, S., & Sivam, A. (2015). Preserving Cultural Heritage of Denpasar: Local Community Perspectives. Procedia Environmental Sciences, 28(SustaiN 2014), 557–566. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.07.066 DOI: https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.07.066
Purana, I. M. (2016). Pelaksanaan Tri Hita Karana Dalam Kehidupan Umat Hindu. Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, 5(2085), 67–76. http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/widyaaccarya/article/view/237
Women’s Studies International Forum. (2003). Women’s Studies International Forum, 26(3), I. https://doi.org/10.1016/s0277-5395(03)00070-0 DOI: https://doi.org/10.1016/S0277-5395(03)00070-0
Wiana, I Ketut. 2007. “Tri Hita Karana Menurut Konsep Hinduâ€. Surabaya. Paramita
Downloads
Published
Issue
Section
License
In order to be accepted and published by Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, the author(s) submitting the article manuscript should complete all the review stages. By submitting the manuscript the author(s) agreed to the following terms:
The copyright of received articles shall be assigned to Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling. The intended copyright includes the right to publish articles in various forms (including reprints). Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling maintain the publishing rights to the published articles.
Authors are allowed to use their articles for any legal purposes deemed necessary without written permission from Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling with an acknowledgement of initial publication to this journal.
Author sent the copyright transfer form (here) to the journal.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.