https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/issue/feedCounsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling2025-05-02T11:17:25+07:00Asroful Kadaficounsellia@unipma.ac.idOpen Journal Systems<p align="justify"><strong>Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling </strong>with registered number ISSN: <a title="p-issn" href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2088-3072" target="_blank" rel="noopener">2088-3072</a> (Print) and ISSN: <a title="e-issn" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1449464130" target="_blank" rel="noopener">2477-5886</a> (Online), is a peer-reviewed journal which publishes conceptual ideas, studies and research on the theory and application of Guidance and Counseling also education related to Guidance and Counseling.<strong><br />Counsellia </strong>is published by Departement of Guidence and Counseling Faculty of Teacher Training and Education Universitas PGRI Madiun. Any changes to the journal will be delivered on <a title="JH" href="https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/History" target="_blank" rel="noopener"><strong>Journal History</strong></a>. Abstracts and full text that have been published on the website can be read and downloaded for <strong>free.<br />Counsellia </strong>publish regularly two times a year in May and November.</p> <p align="justify"><span class="blockTitle">Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling is Nationally Accredited in SINTA 4 Accreditation Number (Ministry of RTHE): 0547/E5/DT.05.00/2024. Accreditation Certificate Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling can be download <a title="Surat Pemberitahuan Akreditasi" href="https://drive.google.com/file/d/1JAQQS64XPq0WuEhqQqEwsKV2XHoCecWG/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">here</a><strong><br /></strong></span></p> <p>Template Counsellia:Jurnal Bimbingan dan Konseling can be downloaded <a title="Tamplate Counsellia 2021" href="https://drive.google.com/file/d/1CJZDm9lRcwZZUNVEbTXDj1UNgkllFOV5/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">here</a>.</p>https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22237Studi kasus pendekatan restorative justice untuk mengatasi circle pertemanan toxic2025-04-21T10:09:56+07:00Umi Rofiqoh2144510135@inaifas.ac.idAsna Asnaasna@uas.ac.id<p>Fenomena pertemanan <em>toxic</em> di kalangan remaja sering kali mengarah pada masalah konflik interpersonal dan dampak psikologis yang mengganggu perkembangan emosional dan sosial siswa. Masalah ini memerlukan pendekatan yang efektif untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat. Pendekatan <em>restorative justice</em> menjadi alternatif yang relevan, dengan memfokuskan pada pemulihan hubungan antar individu melalui dialog dan penyelesaian masalah secara bersama-sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pendekatan restorative justice dalam mengatasi pertemanan <em>toxic </em>di kalangan siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang melibatkan wawancara dengan siswa, guru, dan pihak terkait di sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai peran <em>restorative justice</em> dalam mengurangi perilaku <em>toxic</em> serta meningkatkan interaksi sosial yang konstruktif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap layanan bimbingan dan konseling (BK) dengan memberikan rekomendasi dalam merancang program intervensi berbasis prinsip keadilan restoratif untuk mencegah dan menyelesaikan pertemanan toxic di kalangan remaja.<br /><br /><strong><em>Abstract</em></strong>: <em>The phenomenon of toxic friendships among adolescents often leads to issues of interpersonal conflict and psychological impacts that disrupt the emotional and social development of students. This issue requires an effective approach to create a healthier social environment. Restorative justice is a relevant alternative approach, focusing on restoring relationships between individuals through dialogue and collaborative problem-solving. This study aims to examine the application of restorative justice in addressing toxic friendships among students. The method used is qualitative research with a case study approach, involving interviews with students, teachers, and other relevant parties at the school. This research is expected to provide deeper insights into the role of restorative justice in reducing toxic behaviors and enhancing constructive social interactions. Additionally, the results of this study are expected to contribute to counseling services by providing recommendations for designing intervention programs based on restorative justice principles to prevent and resolve toxic friendships among adolescents</em>.</p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22271Penerapan konseling Islami berbasis teori Imam Al–Ghazali dalam meningkatkan makna hidup generasi Z2025-04-23T14:16:21+07:00Bunga Aprilia Ekanataapriliabunga684@gmail.comFebri Dahliafebri_dahlia@idaqu.ac.idDesi Setiyadidesisetiyadi12@idaqu.ac.id<p>Generasi Z menghadapi tantangan eksistensial yang kompleks akibat arus digitalisasi dan krisis identitas, yang berdampak pada penurunan makna hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan konseling Islami berbasis teori Imam Al-Ghazali dalam meningkatkan makna hidup Generasi Z. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap lima informan berusia 17–25 tahun yang mengalami krisis makna hidup dan telah menjalani konseling Islami. Analisis data dilakukan secara tematik, dengan fokus pada lima konsep utama: muhasabah, taubat, sabar, syukur, dan <em>tazkiyatun</em> <em>nafs</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menjalani konseling islami, informan mengalami transformasi spiritual dan psikologis yang signifikan. Mereka mulai menjalani hidup dengan lebih tenang, penuh syukur, dan memiliki arah yang jelas. Nilai-nilai spiritual yang diajarkan Imam Al-Ghazali terbukti efektif membentuk kesadaran transendental yang berdampak pada kestabilan emosi, peningkatan ibadah, dan keseimbangan hidup. Konseling Islami berperan sebagai jembatan dalam menghubungkan individu dengan nilai-nilai spiritual yang memberi makna mendalam pada hidup mereka.<br /><br /><strong><em>Abstract : </em></strong><em>Generation Z faces existential challenges arising from digitalization and identity crises, leading to a decline in life meaning. This study aims to explore the role of Islamic counseling based on Imam Al-Ghazali’s thought in enhancing life meaning among Generation Z. The study employed a descriptive qualitative method with a case study design. Data were collected through in-depth interviews, observation, and documentation involving five informants aged 17–25 who had experienced a life meaning crisis and undergone Islamic counseling. Thematic analysis focused on five key concepts: muhasabah (self-reflection), taubah (repentance), sabr (patience), syukr (gratitude), and tazkiyatun nafs (soul purification). The results indicate significant psychological and spiritual transformation after Islamic counseling. Informants reported increased emotional stability, gratitude, and spiritual awareness that shaped a clearer life direction. Imam Al-Ghazali’s teachings effectively facilitated the development of transcendental consciousness and a balanced life. Islamic counseling served as a bridge connecting individuals with spiritual values that provide deeper meaning and purpose in life.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22282Studi komparatif gangguan mental emosional siswa pada keluarga broken home di SMA2025-04-29T08:39:27+07:00Vika Maghdalenavikamaghdalena@gmail.comMuhammad Arief Maulanamaulgonzales89@e-mail.com<p>Gangguan mental emosional pada siswa semakin meningkat, terutama pada siswa dari keluarga terpecah (<em>broken home</em>). Hal ini menyebabkan stress, kecemasan dan depresi pada siswa, sehingga mempengaruhi kesejahteraan mental siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gangguan mental emosional siswa pada keluarga <em>broken home</em> di SMA. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis komparatif/perbandingan. Teknik pengumpulan data menggunakan skala psikologi berupa skala <em>Likert </em>dengan jumlah 82 pertanyaan positif (<em>favorable</em>) dan pertanyaan negatif (<em>unfavorable</em>). Sampel untuk penelitian ini diambil dari populasi dengan memanfaatkan teknik <em>purposive sampling.</em> Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA satu arah yang asumsinya dipenuhi terlebih dahulu dengan melakukan uji normalitas (<em>Kolmogorov-Smirnov Statistic</em>) dan uji homogenitas varians (<em>Levene’s</em>). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gangguan mental emosional siswa dari ketiga sekolah yang diteliti tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling, terutama dalam merancang intervensi yang adil dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang berasal dari keluarga yang tidak utuh di berbagai sekolah.<br /><br /><strong><em>Abstract: </em></strong><em>Emotional mental disorders in students are increasing, especially in students from broken homes. This causes stress, anxiety and depression in students, thus affecting students’ mental well-being. This study aims to compare emotional mental disorders of students in broken home families in high schools. This research method uses a quantitative method of comparative/compare son type. The data collection technique uses a psychological scale in the from of a Likert scale with a total of 82 positive questions (favorable) and negative questions (unfavorbale). The sampel for this study was taken from the population using a purposive sampling technique. The dara analysis used was a one-way ANOVA test whose assumptions were by conducting a normality test (Kolmogorov-Smirnov Statistic) and a homogeneity test of variance (Levens’s). The research findings indicate that the level of emotional mental disorders among students from the three school studied does not show any significant differences. In addition, these findings provide valuable insights for the development of Guidance and Counseling, particularly in designing fair and responsive intervention programs that address the needs of students from broken families in various schools.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025