https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/issue/feedCounsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling2025-05-21T07:39:18+07:00Asroful Kadaficounsellia@unipma.ac.idOpen Journal Systems<p align="justify"><strong>Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling </strong>with registered number ISSN: <a title="p-issn" href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2088-3072" target="_blank" rel="noopener">2088-3072</a> (Print) and ISSN: <a title="e-issn" href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1449464130" target="_blank" rel="noopener">2477-5886</a> (Online), is a peer-reviewed journal which publishes conceptual ideas, studies and research on the theory and application of Guidance and Counseling also education related to Guidance and Counseling.<strong><br />Counsellia </strong>is published by Departement of Guidence and Counseling Faculty of Teacher Training and Education Universitas PGRI Madiun. Any changes to the journal will be delivered on <a title="JH" href="https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/History" target="_blank" rel="noopener"><strong>Journal History</strong></a>. Abstracts and full text that have been published on the website can be read and downloaded for <strong>free.<br />Counsellia </strong>publish regularly two times a year in May and November.</p> <p align="justify"><span class="blockTitle">Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling is Nationally Accredited in SINTA 4 Accreditation Number (Ministry of RTHE): 0547/E5/DT.05.00/2024. Accreditation Certificate Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling can be download <a title="Surat Pemberitahuan Akreditasi" href="https://drive.google.com/file/d/1JAQQS64XPq0WuEhqQqEwsKV2XHoCecWG/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">here</a><strong><br /></strong></span></p> <p>Template Counsellia:Jurnal Bimbingan dan Konseling can be downloaded <a title="Tamplate Counsellia 2021" href="https://drive.google.com/file/d/1CJZDm9lRcwZZUNVEbTXDj1UNgkllFOV5/view?usp=sharing" target="_blank" rel="noopener">here</a>.</p>https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22237Studi kasus pendekatan restorative justice untuk mengatasi circle pertemanan toxic2025-05-21T07:39:16+07:00Umi Rofiqoh2144510135@inaifas.ac.idAsna Asnaasna@uas.ac.id<p>Fenomena pertemanan <em>toxic</em> di kalangan remaja sering kali mengarah pada masalah konflik interpersonal dan dampak psikologis yang mengganggu perkembangan emosional dan sosial siswa. Masalah ini memerlukan pendekatan yang efektif untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat. Pendekatan <em>restorative justice</em> menjadi alternatif yang relevan, dengan memfokuskan pada pemulihan hubungan antar individu melalui dialog dan penyelesaian masalah secara bersama-sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pendekatan restorative justice dalam mengatasi pertemanan <em>toxic </em>di kalangan siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang melibatkan wawancara dengan siswa, guru, dan pihak terkait di sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai peran <em>restorative justice</em> dalam mengurangi perilaku <em>toxic</em> serta meningkatkan interaksi sosial yang konstruktif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap layanan bimbingan dan konseling (BK) dengan memberikan rekomendasi dalam merancang program intervensi berbasis prinsip keadilan restoratif untuk mencegah dan menyelesaikan pertemanan toxic di kalangan remaja.<br /><br /><strong><em>Abstract</em></strong>: <em>The phenomenon of toxic friendships among adolescents often leads to issues of interpersonal conflict and psychological impacts that disrupt the emotional and social development of students. This issue requires an effective approach to create a healthier social environment. Restorative justice is a relevant alternative approach, focusing on restoring relationships between individuals through dialogue and collaborative problem-solving. This study aims to examine the application of restorative justice in addressing toxic friendships among students. The method used is qualitative research with a case study approach, involving interviews with students, teachers, and other relevant parties at the school. This research is expected to provide deeper insights into the role of restorative justice in reducing toxic behaviors and enhancing constructive social interactions. Additionally, the results of this study are expected to contribute to counseling services by providing recommendations for designing intervention programs based on restorative justice principles to prevent and resolve toxic friendships among adolescents</em>.</p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22271Penerapan konseling Islami berbasis teori Imam Al–Ghazali dalam meningkatkan makna hidup generasi Z2025-05-21T07:39:14+07:00Bunga Aprilia Ekanataapriliabunga684@gmail.comFebri Dahliafebri_dahlia@idaqu.ac.idDesi Setiyadidesisetiyadi12@idaqu.ac.id<p>Generasi Z menghadapi tantangan eksistensial yang kompleks akibat arus digitalisasi dan krisis identitas, yang berdampak pada penurunan makna hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan konseling Islami berbasis teori Imam Al-Ghazali dalam meningkatkan makna hidup Generasi Z. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi terhadap lima informan berusia 17–25 tahun yang mengalami krisis makna hidup dan telah menjalani konseling Islami. Analisis data dilakukan secara tematik, dengan fokus pada lima konsep utama: muhasabah, taubat, sabar, syukur, dan <em>tazkiyatun</em> <em>nafs</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menjalani konseling islami, informan mengalami transformasi spiritual dan psikologis yang signifikan. Mereka mulai menjalani hidup dengan lebih tenang, penuh syukur, dan memiliki arah yang jelas. Nilai-nilai spiritual yang diajarkan Imam Al-Ghazali terbukti efektif membentuk kesadaran transendental yang berdampak pada kestabilan emosi, peningkatan ibadah, dan keseimbangan hidup. Konseling Islami berperan sebagai jembatan dalam menghubungkan individu dengan nilai-nilai spiritual yang memberi makna mendalam pada hidup mereka.<br /><br /><strong><em>Abstract : </em></strong><em>Generation Z faces existential challenges arising from digitalization and identity crises, leading to a decline in life meaning. This study aims to explore the role of Islamic counseling based on Imam Al-Ghazali’s thought in enhancing life meaning among Generation Z. The study employed a descriptive qualitative method with a case study design. Data were collected through in-depth interviews, observation, and documentation involving five informants aged 17–25 who had experienced a life meaning crisis and undergone Islamic counseling. Thematic analysis focused on five key concepts: muhasabah (self-reflection), taubah (repentance), sabr (patience), syukr (gratitude), and tazkiyatun nafs (soul purification). The results indicate significant psychological and spiritual transformation after Islamic counseling. Informants reported increased emotional stability, gratitude, and spiritual awareness that shaped a clearer life direction. Imam Al-Ghazali’s teachings effectively facilitated the development of transcendental consciousness and a balanced life. Islamic counseling served as a bridge connecting individuals with spiritual values that provide deeper meaning and purpose in life.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22282Studi komparatif gangguan mental emosional siswa pada keluarga broken home di SMA2025-05-21T07:39:12+07:00Vika Maghdalenavikamaghdalena@gmail.comMuhammad Arief Maulanamaulgonzales89@e-mail.com<p>Gangguan mental emosional pada siswa semakin meningkat, terutama pada siswa dari keluarga terpecah (<em>broken home</em>). Hal ini menyebabkan stress, kecemasan dan depresi pada siswa, sehingga mempengaruhi kesejahteraan mental siswa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gangguan mental emosional siswa pada keluarga <em>broken home</em> di SMA. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis komparatif/perbandingan. Teknik pengumpulan data menggunakan skala psikologi berupa skala <em>Likert </em>dengan jumlah 82 pertanyaan positif (<em>favorable</em>) dan pertanyaan negatif (<em>unfavorable</em>). Sampel untuk penelitian ini diambil dari populasi dengan memanfaatkan teknik <em>purposive sampling.</em> Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA satu arah yang asumsinya dipenuhi terlebih dahulu dengan melakukan uji normalitas (<em>Kolmogorov-Smirnov Statistic</em>) dan uji homogenitas varians (<em>Levene’s</em>). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gangguan mental emosional siswa dari ketiga sekolah yang diteliti tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling, terutama dalam merancang intervensi yang adil dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang berasal dari keluarga yang tidak utuh di berbagai sekolah.<br /><br /><strong><em>Abstract: </em></strong><em>Emotional mental disorders in students are increasing, especially in students from broken homes. This causes stress, anxiety and depression in students, thus affecting students’ mental well-being. This study aims to compare emotional mental disorders of students in broken home families in high schools. This research method uses a quantitative method of comparative/compare son type. The data collection technique uses a psychological scale in the from of a Likert scale with a total of 82 positive questions (favorable) and negative questions (unfavorbale). The sampel for this study was taken from the population using a purposive sampling technique. The dara analysis used was a one-way ANOVA test whose assumptions were by conducting a normality test (Kolmogorov-Smirnov Statistic) and a homogeneity test of variance (Levens’s). The research findings indicate that the level of emotional mental disorders among students from the three school studied does not show any significant differences. In addition, these findings provide valuable insights for the development of Guidance and Counseling, particularly in designing fair and responsive intervention programs that address the needs of students from broken families in various schools.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22314Bimbingan dan konseling Islami untuk meningkatkan psychologycal well-being pada remaja2025-05-21T07:39:10+07:00Nova Setyawannovassetyawan@students.unnes.ac.idAnwar Sutoyonwarsutoyo@mail.unnes.ac.idMuslikah Muslikahmuslikah@mail.unnes.ac.id<p><em>Psychological well-being </em>berperan penting dalam kehidupan remaja. Remaja rentan mengalami kondisi psikologis yang kurang baik seperti, kecemasan, stres, dan depresi, sehingga dapat mempengaruhi remaja dalam mencapai kondisi <em>psychological well-being </em>yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh spiritual, spiritualitas, religion, dan religiusitas terhadap <em>psychological well-being </em>pada remaja, dan integrasi nilai-nilai Islam dalam layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan <em>psychological well-being </em>remaja. Penelitian ini menggunakan metode <em>systematic literature review</em>, dengan mencari data-data yang relevan melalui <em>database</em> Sinta, <em>Springer</em>, dan <em>Taylor & Francis Group</em>. Desain penelitian menggunakan <em>Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analytics (PRISMA)</em>. Kriteria inklusi ditentukan untuk membatasi pencarian data penelitian, dan diperoleh 11 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil <em>systematic literature review</em> menunjukkan bahwa, (1) spiritual, spiritualitas, dan <em>religion</em> berpengaruh positif terhadap <em>psychological well-being</em>, namun pada saat yang sama, religiusitas tidak berhubungan secara signifikan dengan <em>psychological well-being</em>; dan (2) mengintegrasikan nilai-nilai islam atau ajaran Islam dalam layanan bimbingan dan konseling dapat membantu meningkatkan <em>psychological well-being </em>remaja.<br /><br /><strong><em>Abstract:</em></strong> <em>Psychological well-being plays a vital role in the lives of adolescents. Adolescents are prone to experiencing unfavorable psychological conditions such as anxiety, stress, and depression, which can affect adolescents in achieving good psychological well-being. This study aims to analyze the influence of spirituality, spirituality, religion, and religiosity on psychological well-being in adolescents and the integration of Islamic values in guidance and counseling services in improving adolescent psychological well-being. This research uses a systematic literature review method, searching for relevant data through the Sinta, Springer, and Taylor & Francis Group databases. The research design used Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analytics (PRISMA). Inclusion criteria were determined to limit the search for research data, and 11 articles were obtained that met the inclusion criteria. The results of the systematic literature review showed that (1) spirituality, spirituality, and religion have a positive effect on psychological well-being, but at the same time, religiosity is not significantly related to psychological well-being; and (2) integrating Islamic values or Islamic teachings in guidance and counseling services can help improve adolescents' psychological well-being.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22328Keterampilan konseling guru BK di era disrupsi: tinjauan supervisi klinis untuk praktik profesional2025-05-21T07:39:08+07:00M. Fiqri Syahrilfiqri.syahril@unm.ac.idElwas Berdha Krismonaelwas@staff.uns.ac.idNur Fadhilah Umarnurfadhilahumar@unm.ac.id<p>Era disrupsi memberikan pengaruh besar dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang keilmuan bimbingan dan konseling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan konseling guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Kejuruan berdasarkan perspektif supervisi klinis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah 5 orang guru Bimbingan dan Konseling. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen supervisi konseling individual. Teknik analisis data menggunakan rumus statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 jenis keterampilan konseling berdasarkan perspektif supervisi klinis, 5 keterampilan berkategori tinggi, 7 keterampilan berkategori sedang, dan 1 keterampilan berkategori rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa keterampilan konseling guru Bimbingan dan Konseling masih dominan pada kategori sedang.<br /><br /><strong><em>Abstract:</em></strong> <em>The era of disruption has a major influence on every aspect of human life, including in the field of guidance and counseling science. The purpose of this study was to determine the counseling skills of Guidance and Counseling teachers in Vocational High Schools based on the perspective of clinical supervision. The approach used in this study is a quantitative approach with a quantitative descriptive method. The sample used was 5 Guidance and Counseling teachers. The data collection technique used an individual counseling supervision instrument. The data analysis technique used a percentage statistical formula. The results of the study showed that out of 13 types of counseling skills based on the perspective of clinical supervision, 5 skills were categorized as high, 7 skills were categorized as medium, and 1 skill was categorized as low. This finding indicates that the counseling skills of Guidance and Counseling teachers are still dominant in the medium category.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22194Pengaruh harga diri dan motivasi terhadap tingkat kecemasan sosial siswa2025-05-21T07:39:18+07:00Wihab Nibras Anjalas Sakinatanwihap@gmail.comMoesarofah Moesarofahmoesarofah@unipasby.ac.id<p>Fenomena kecemasan sosial pada siswa SMA menjadi perhatian yang semakin meningkat saat ini. Kondisi ini menuntut pemahaman yang mendalam mengenai faktor-faktor psikologis yang berperan dalam memicu kecemasan sosial pada siswa. Kecemasan sosial dapat menghambat perolehan pengetahuan dan keterampilan siswa yang berdampak negatif pada karir di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara harga diri dan motivasi terhadap tingkat kecemasan sosial pada siswa SMA. Desain penelitian menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data dari sampel siswa SMA kelas X (N = 130), melalui kuesioner yang terstruktur. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner harga diri, kuesioner motivasi, dan kuesioner kecemasan sosial. Analisis data menggunakan uji validitas, reliabilitas, analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri dan motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan sosial pada siswa SMA. Implikasi penelitian terkait upaya untuk meningkatkan harga diri dan motivasi siswa untuk mengurangi kecemasan sosial. Kebaruan penelitian terletak pada pengujian empiris pengaruh simultan harga diri dan motivasi terhadap kecemasan sosial pada siswa SMA. Sedangkan kontribusi penelitian terkait pemahaman mendalam mengenai faktor-faktor psikologis yang memengaruhi kecemasan sosial remaja, serta menyediakan dasar empiris bagi pengembangan program pencegahan dan intervensi dalam konteks layanan bimbingan dan konseling di sekolah.<br /><br /><strong><em>Abstract</em></strong>: <em>The phenomenon of social anxiety in high school students is currently becoming an increasing concern. This condition requires a deep understanding of the psychological factors that play a role in triggering social anxiety in students. Social anxiety can hinder students' acquisition of knowledge and skills which have a negative impact on their future careers. This study aims to analyze the influence of self-esteem and motivation on the level of social anxiety in high school students. The research design used a survey method to collect data from a sample of high school students in grade X (N = 130), through a structured questionnaire. The research instrument used a self-esteem questionnaire, a motivation questionnaire, and a social anxiety questionnaire. Data analysis used validity tests, reliability, descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that self-esteem and motivation have a significant influence on social anxiety in high school students. The implications of the study are related to efforts to improve students' self-esteem and motivation to reduce social anxiety. The novelty of the study lies in the empirical testing of the simultaneous influence of self-esteem and motivation on social anxiety in high school students. Meanwhile, the contribution of the study is related to an in-depth understanding of the psychological factors that influence adolescent social anxiety, as well as providing an empirical basis for the development of prevention and intervention programs in the context of guidance and counseling services in schools</em><em>.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22364Hubungan self-compassion dan kecerdasan emosional terhadap altruisme pada siswa2025-05-21T07:39:07+07:00Aprilia Wahyu Rustiningsihapriliarustin@students.unnes.ac.idMuslikahmuslikah@mail.unnes.ac.id<p>Fenomena individualisme kian merebak bahkan dikalangan pelajar di sekolah. Fenomena ini sangat berdampak pada hubungan interpersonal, pengembangan karakter, bahkan nilai-nilai sosial. Tujuan dilakukannya penelitian ini, untuk menyelidiki hubungan antara <em>self-compassion</em>, kecerdasan emosional, dan altruisme pada siswa khususnya siswa kelas XI di mana pada rentang usia kelas XI ini, perkembangan emosional, interaksi ke sekitar, maupun mental berpikir telah matang dan signifikan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan pembaruan data khususnya di ranah bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif jenis korelasional serta dengan analisis data hipotesis uji regresi berganda pada 233 siswa yang dipilih dengan <em>random sampling</em>. Penelitian memperoleh hasil dari ketiga variabel memiliki hubungan yang signifikan antara <em>self-compassion</em>, kecerdasan emosional, dan altruisme. Serta kesimpulan akhir dari penelitian ini yaitu ketiga variabel memiliki korelasi dan saling terhubung. Hal ini memberikan manfaat sangat penting untuk guru BK, agar dapat memberikan layanan terkait altruisme dengan mempertimbangkan aspek seperti <em>self-compassion</em> dan kecerdasan emosional siswa.<br /><br /><strong><em>Abstract: </em></strong><em>The phenomenon of individualism is increasingly spreading, even among students in schools. This phenomenon significantly impacts interpersonal relationships, character development, and even social values. The purpose of this research is to investigate the relationship between self-compassion, emotional intelligence, and altruism among students, particularly those in the eleventh grade, as this age range represents a period where emotional development, interaction with the environment, and mental thinking have matured and become significant. Therefore, the results of this study can provide contributions and data updates, especially in the realm of guidance and counseling in organizing guidance and counseling services in educational institutions.. Using a quantitative correlational approach and hypothesis testing through multiple regression analysis on data collected from 233 students selected through random sampling, the research found that the three variables have a significant relationship between self-compassion, emotional intelligence, and altruism. The final conclusion of this study is that all three variables are correlated and interconnected. This finding provides very important benefits for guidance counselors, enabling them to offer services related to altruism while considering aspects such as self-compassion and emotional intelligence in students.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/22374Fenomena perilaku phubbing remaja dan implikasinya pada layanan bimbingan dan konseling2025-05-21T07:39:04+07:00Rina Nurhudi Ramdhanirinanurhudiramdhani@upi.eduNuha Tsaqifa Salsabilanuhatsaqifa@upi.eduDadang Sudrajatd-sudrajat@upi.edu<p>Tingginya prevalensi <em>phubbing</em> di kalangan remaja berpotensi menurunkan kemampuan komunikasi interpersonal dan meningkatkan masalah psikososial seperti kecemasan dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecenderungan perilaku <em>phubbing</em> pada peserta didik serta mengkaji implikasinya terhadap layanan bimbingan dan konseling. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional survey</em>, melibatkan 1.375 responden. Instrumen yang digunakan adalah <em>Generic Scale of Phubbing</em> (GSP) yang mengukur empat dimensi: <em>nomophobia, interpersonal conflict, self-isolation, dan problem acknowledgement</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas peserta didik berada pada kategori phubbing ringan hingga sedang, dengan tingkat tertinggi pada dimensi <em>nomophobia</em> dan <em>problem acknowledgement.</em> Laki-laki cenderung lebih banyak pada kategori <em>phubbing</em> berat, sementara perempuan mendominasi kategori <em>phubbing</em> sedang. Temuan ini menunjukkan bahwa perilaku phubbing telah menjadi fenomena umum di kalangan remaja dan menuntut perhatian serius dari pihak sekolah. Layanan Bimbingan dan Konseling diperlukan untuk mengakomodasi tantangan perkembangan digital yang berdampak pada terjadinya perilaku <em>phubbing</em><strong>.<br /><br /><em>Abstract</em>: </strong><em>The high prevalence of phubbing among adolescents has the potential to reduce interpersonal communication skills and increase psychosocial problems such as anxiety and depression. This study aims to describe the tendency of phubbing behavior among students and examine its implications for guidance and counseling services. The method used is a quantitative descriptive approach with a cross-sectional survey design, involving 1,375 respondents. The instrument used is the Generic Scale of Phubbing (GSP), which measures four dimensions: nomophobia, interpersonal conflict, self-isolation, and problem acknowledgement. The results show that the majority of students fall into the mild to moderate phubbing category, with the highest levels in the dimensions of nomophobia and problem acknowledgement. Males tend to fall more into the severe phubbing category, while females dominate the moderate phubbing category. These findings indicate that phubbing behavior has become a common phenomenon among adolescents and requires serious attention from schools. Guidance and counseling services are needed to accommodate the challenges of digital development that contribute to the emergence of phubbing behaviour.</em></p>2025-05-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2025