Dari Orang Belanda Sampai Elit Bumiputera: Kajian Sejarah Freemasonry di Kota Cirebon 1900-1942

Authors

  • Asep Ahmad Hidayat UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  • Faizal Arifin Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum http://orcid.org/0000-0001-6288-8154
  • Tia Ruli Dais UIN Sunan Gunung Djati Bandung
  • Endang Sari Wahyuni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

DOI:

https://doi.org/10.25273/ajsp.v10i2.5402

Keywords:

Freemasonry, Cirebon, Hindia Belanda, Kolonialisme

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi penemuan keramik bersimbol Freemasonry pada makam Sunan Gunung Jati. Sebagai sebuah gerakan yang menentang doktrin keagamaan, Freemasonry seringkali berkonfrontasi dengan kelompok-kelompok agama namun simbol Freemasonry ditemukan di makam tokoh besar penyebar Islam yang berada di Cirebon, kota para wali. Sehingga diperlukan kajian historis untuk mengetahui perkembangan Freemasonry sebagai organisasi rahasia pada masa Hindia Belanda dan bagaimana gerakan tersebut diorganisasikan sampai ke seluruh kota-kota yang dikuasai Belanda dan diharapkan membendung potensi perlawanan dari pusat penyebaran Islam tertua di Jawa yaitu Cirebon. Freemasonry adalah perkumpulan rahasia yang kontroversial, didirikan tahun 1717 dan menyebar ke Belanda tahun 1756. Penelitian Th. Stevens dan Hylkema, menunjukkan bahwa di Hindia Belanda, Freemasonry telah berdiri sejak 1767 dan pernah memiliki 25 loji dengan 1.500 anggota, namun belum membahas perkembangannya di Cirebon. Penelitian bertujuan mengungkapkan sejarah sosial tentang bagaimana perkembangan Freemasonry dalam kajian sejarah lokal dengan bersumber pada arsip-arsip kolonial dan menggunakan metode sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Freemasonry memiliki cabang dengan nama "Vrijmetselaar-Kring Cheribon" yang didirikan orang-orang Belanda tahun 1920. Pada perkembangan selanjutnya, terdapat Freemason yang berasal dari elit bumiputera adalah R. M. A. Pandji Ariodinoto, Bupati Cirebon tahun 1920-1927. Freemasonry memiliki peranan penting untuk mendukung kepentingan-kepentingan Kolonialisme Belanda. Penelitian ini menunjukkan bahwa proses kolonialisasi dilakukan juga melalui peran perkumpulan masyarakat yang secara struktural tidak terikat terhadap Pemerintah Kolonial seperti Freemasonry, bahkan memiliki jaringan di ‘kota wali’ yang dikenal religius yaitu Cirebon.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Asep Ahmad Hidayat, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Ketua Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam

Faizal Arifin, Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Program Studi Sejarah Peradaban Islam Sekolah Tinggi Ilmu Adab dan Budaya Islam Riyadul 'Ulum

Tia Ruli Dais, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Jati Bandung

Endang Sari Wahyuni, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Jati Bandung

Downloads

Published

29-07-2020

Issue

Section

Articles