PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI SEWULAN 02 KABUPATEN MADIUN MELALUI METODE DRILL
DOI:
https://doi.org/10.25273/widyabastra.v5i2.1998Keywords:
Kemampuan membaca teks, Metode drillAbstract
Pendekatan pembelajaran yang dinamis berdampak terhadap keinginan anak didik untuk belajar sehingga dapat menimbulkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan berimplikasi pada pengalaman belajar. Untuk itu dalam pembelajaran bahasa Indonesia supaya dapat perlangsung secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan maka dalam proses pembelajaran harus dibangun melalui pelatihan atau drill. Roestiyah NK (2001:125) menyatakan bahwa drill atau pelatihan adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melaksanakan latihan agar memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Sehingga diperlukan Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Sewulan 02 Dagangan Kabupaten Madiun Melalui Metode Drill. Tempat penelitian ini adalah di SD Negeri Sewulan 02 Dagangan Kabupaten Madiun. Waktu penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2016 / 2017. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu (1) tahap penyusunan rencana tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap pengamatan atau observasi; dan (4) tahap perefleksian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan ini berasal dari catatan tentang hasil pengamatan dan wawancara. Teknik analisa data menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini bahwa metode drill dapat meningkatkan kemampuan membaca teks pada siswa kelas VI SD Negeri Sewulan 02 Dagangan Kabupaten Madiun. Hasil evaluasi dalam pembelajaran setelah diadakan drill terhadap kemampuan membaca teks mengalami kenaikan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas belajar. Apabila standar ketuntasan batas minimum (SKBM) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebesar 70 pada siklus I yang belum tuntas belajar adalah 7 orang atau 43,8%, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang belum tuntas belajar adalah 2 siswa atau 18,8%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 9 siswa atau 56,2%, sedangkan pada siklus II sebanyak 13 siswa atau 81,2%.