REVITALISASI PANCASILA (MENCARI MODEL IMPLEMENTASI PANCASILA DI KABUPATEN MADIUN

Authors

  • Budiyono Budiyono IKIP PGRI Madiun

DOI:

https://doi.org/10.25273/citizenship.v2i2.3781

Abstract

Pancasila sebagai jati diri dan kepribadian bangsa mengalami degadrasi yang luar biasa. Masyarakat kerap lalai tentang eksistensi Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Baru bila terjadi gejala disintegrasi bangsa Pancasila dilihat seabagai rujukan untuk mengatasi problematika kebangsaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai bagaimana masyarakat memahami pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan jati diri bangsa dan untuk menemukan pola yang tepat dalam mengimplementasikan Pancasila pada era demokrasi dan globalisasi. Penelitian yang kami lakukan adalah tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Menggali informasi yang mendalam tentang revitalisasi Pancasila di tengah-tengah masyarakat sekaligus mencari model implementasi nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat di Kabupaten Madiun relevan dengan tipe penelitian ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan berkaitan dengan revitalisasi Pancasila, mayoritas mengatakan bahwa Pancasila sebagai dasar negara wajib untuk direvitalisasi. Argumentasi dominan menyatakan karena Pancasila merupakan pedoman dan pondasi utama dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pola revitalisasi yang konstuktif adalah dengan menggiatkan kembali implementasi nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat. Yang notabene merupakan tanggung jawab bersama segenap komponen bangsa terutama para pemimpin bangsa, pemerintah dan institusi pendidikan serta lingkungan keluarga. Model implementasi nilai-nilai Pancasila yang paling efektif di tengah-tengah masyarakat adalah dengan cara melakukan sosialisasi melalui media massa terutama televisi. Karena itu komitmen dan keberpihakan media masa dalam merevitalisasi dan mengimpelmentasikan nilai-nilai Pancasila memegang peranan yang penting dan menentukan dalam konteks kekinian (spirit reformasi). Mekanisme sosialisasi secara terstuktur, sistematis dan massif merupakan model yang baik dan relevan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Polanya harus mengedepankan kesadaran dan partisipasi masyarakat ketimbang paksaan atau indoktrinasi.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ali Muhdi (dkk), 2011, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila, Surabaya : IAIN Sunal Ampel, Press. Ajar Triharso, 2007, Pendidikan Pancasila Partisipatif (P3), Makalah Semiloka Unesa Surabaya. Basrowi dan Sukidin,2002, Metode Penelitian Kualitatif, Perspektif Mikro, Surabaya, Insan Cendekia Dedy Mulyana, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosdakarya. Kaelan, 2008, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma. Kaelan, 2012, Problem Epistemologi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara, Yogyakarta, paradigma. Miles and Huberman, 1996, Qualitative Data Analyisis, A Sourcebook of New Methods, California, Sage Publication. M. Noor Syam, 2007, Program Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Dalam Era Reformasi, Seminar Lokakarya Unesa Surabaya. Mulyawan Karim, 2010, Rindu Pancasila, Jakarta, Kompas Media Nusantara. Rozali Abdullah, 1983, Pancasila Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa, Rajawali, Jakarta. Slamet Sutrisno, 2013, Pancasila dan Pluralisme Transendental, Surabaya, Makalah Seminar Nasional. Siswono Yudo Husodo, 2010, Reaktualisasi Wawasan Kebangsaan Dalam Rangka Meneguhkan NKRI, Makalah Sarasehan, Malang. Syahrial Syarbaini, 2011, Pendidikan Pancasila, Jakarta, Ghalia Indonesia. Winarno, 2012, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Surakarta, yuma Winarno Surakhmad, 2007, Pendidikan Pancasila Pendekatan Yang Meng-Indonesiakan, Makalah Seminar dan Lokakarya Pendidikan Pancasila, Unesa Surabaya. Yudi Latif, 2011, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,

Issue

Section

Articles