The Developmental History of Ponorogo Batik Motif and Its Educational Values

Authors

  • Dhinar Ayu Maharani Universitas PGRI Madiun
  • Parji Parji Universitas PGRI Madiun
  • Sudarmiani Sudarmiani Universitas PGRI Madiun

DOI:

https://doi.org/10.25273/she.v1i1.5852

Keywords:

Developmental history, motif, batik Ponorogo, education values

Abstract

The research discusses the development history of Ponorogo batik motif  in Ponorogo Regency 2007-2014 and its Educational Values. Ponorogo is one area which is growing in batik motif that has general motive called Reog Ponorogo motive. The development of batik in Ponorogo had decreased and 2007 was a year that was resurrection of batik Ponorogo pioneered by batik artisans. The method used in this research is the method of historical research. The results showed that batik Ponorogo begins with the temporary extinction of batik Ponorogo around 1960 which is caused by the emergence of printing of batik (print screen printing batik),batik Ponorogo has 17 patterns that are most influenced by history or the icon Ponorogo regency, and the development of batik Ponorogo motive that was experiencing growth from 2007 to 2009 that has seven classical motives then the development of contemphorery in 2009 and 2013 had five contemporary motives thenThe developments in 2014 that the government arranged a contest batik Ponorogo design batik produced five batik Ponorogo motive.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdurrahman, D. (1999). Penelitian sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Asikin, S. (2008). Ungkapan batik di Semarang. Semarang: Citra Prima Nusantara.

Ayu, A. (2016). Batik dan legitimasi sosial budaya studi analisa motif dan pengakuan Batik Jember, Lumajang, dan Bondowoso. Jantra. 11(2). 191-206.

Badan Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur. (2013). Batik Jawa Timur legenda dan kemegahan. Surabaya: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Jawa Timur.

Ernawati, T. (2015). Pewarisan tradisi membatik di Desa Kotah Sampah Madura. Patrawidya. 16(4). 15-35.

Harsono, (2011). Penurunan status Kota Ponorogo (Online), (http://ssantoso.blogspot.com/2011/05/penurunan-status-kota-ponorogo-dari.html?m=1), diakses tanggal 2 Januari 2019 jam 08.15 WIB.

Iskandar dan Kustiyah, E. (2016). Batik sebagai identitas kultural bangsa Indonesia di era globalisasi. GEMA. 30(52). 2456-2472.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Maziyah, Mahirta, & Atmosudiro. (2016). Makna simbolis batik pada masyarakat jawa kuno. Paramita. 26(1). 23-32.

Mumfangati, T. (2016). Motif batik gebleg renteng mengangkat potensi lokal Kabupaten Kulon Progo. Jantra. 11(2). 181-189.

Nafisah, D. (2016). Peran pendidikan muatan lokal terhadap pembangunan karakter bangsa. CITIZENSHIP Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 4(2). 451-468.

Prasetyo. (2016). Karakteristik motif batik Kendal interpretasi dari wilayah dan letak geografis. Imajinasi: Jurnal Seni. 10(1). 51-60.

Prayitno. (2019). Pembelajaran batik tes lilin sebagai alternatif teknik membatik sederhana pada mahasiswa PAUD. Jurnal Pendidikan Anak. 8(1). 38-47.

Sjamsudin, H. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud.

Suliyati & Yuliati. (2019). Pengembangan motif batik semarang untuk penguatan identitas budaya semarang. Sejarah Citra Lekha. 4(1). 61-73

Susanto, S. (1980). Seni kerajinan batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan, Departemen Perindustrian Republik Indonesia.

Susilantini, E. (2016). Menggali nilai-nilai luhur karakter batik cirebon. Jantra Jurnal Sejarah dan Budaya. 11(2). 143-153.

Wulandari, A. (2011). Batik nusantara: Makna filosofis, cara pembuatan dan industri batik. Yogyakarta: Andi Offset.

Downloads

Published

2020-01-19

Issue

Section

Articles