Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM <p align="justify"><span>Jurnal ini memuat hasil kajian atau penelitian di bidang pendidikan yang dilakukan oleh Dosen, Guru, Praktisi, Pemerhati Pendidikan, Mahasiswa. Bentuk penulisan mengunggulkan kemudahan pembaca untuk melihat metode penelitian yang diterapkan, pengolahan dan analisis data, pembahasan teori-teori utama yang melandasinya, serta rekomendasi disampaikan berdasarkan hasil penelitian tersebut.</span></p><table><tbody><tr><td>E-ISSN</td><td>:</td><td><a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1450060283&amp;1&amp;&amp;2015">2502-0684</a></td></tr><tr><td>P-ISSN</td><td>:</td><td><a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1392260665&amp;1&amp;&amp;2014">2355-3200</a></td></tr></tbody></table><p>Petunjuk penulisan artikel dapat dilihat <a href="https://drive.google.com/file/d/0Bz0NEStsYVwtUTBSQmNKN01McWc/view?usp=sharing">disini</a></p> en-US jplppm@ikippgrimadiun.ac.id (Fida Chasanatun) davi.mathedu@ikippgrimadiun.ac.id (Davi Apriandi) Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 OJS 3.3.0.11 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 PROFIL INTUISI MATEMATIS SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/933 <p>Abstract<br />This research was conducted at SMPN 24 Bandar Lampung. The subjects are students of class 4 VII.i consisting of two people from each of the cognitive styles. The data collection is by observation, interview, and documentation. The validity of the data using triangulation techniques. Data analysis technique conducted by: (1) collection data in four categories: (a) analyze and understand the problem (b) designing and planning solution (c) explore solutions to difficult problems (d) verify the solution, then reduce the data are not included in four categories, (2) explaining data with narrative text, and (3) concluded intuition profiles of students in each category.<br />The results of this study indicate that the profile intuition students in mathematical problem solving for cognitive style (1) Field Independent students: (a) understand analyze problems using intuition affirmatory that are directly by reading and changing the information in the form of pictures and look about to find out who asked, (b) designing and planning solutions using intuition anticipatory that is global, (c) explore solutions to difficult problems are not using intuition, using suitable means plans made, (d) verify the solution does not use intuition, check the answer by checking formula used and recalculated the answers that have been obtained. (2) Field Dependent student: (a) understand and analyze problems using intuition affirmatory that is direct, experiencing difficulty in determining what is asked, (b) designing and planning solutions using intuition anticipatory<br />global nature, although it can make a plan in the search for solutions but not until the final solution, (c) explore solutions to difficult problems are not using intuition, using the system as planned, (d) verify the solution does not use intuition, recalculating the answers that have been obtained in the same manner.</p><p><br />Abstrak<br />Penelitian ini dilakukan di SMP N 24 Bandar Lampung. Subjek penelitian ini adalah 4 orang siswa kelas VII.i yang terdiri dari 2 orang dari masing-masing gaya kognitif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi teknik. Teknik analisis data dilakukan dengan cara: (1) mengelompokkan data dalam 4 kategori: (a) menganalisis dan memahami masalah (b) merancang dan merencanakan solusi (c) mengeksplorasi solusi untuk masalah yang sulit (d) memverifikasi solusi, kemudian mereduksi data yang tidak termasuk dalam 4 kategori tersebut, (2) menyajikan data dalam bentuk teks naratif, dan (3) menyimpulkan profil intuisi siswa pada masing-masing kategori. Hasil penelitian<br />ini menunjukkan bahwa profil intuisi siswa dalam pemecahan masalah matematika untuk gaya kognitif (1) siswa Field Independent: (a) memahami menganalisis masalah menggunakan intuisi kehiafirmatori yang bersifat langsung dengan cara membaca dan mengubah informasi kedalam bentuk gambar dan melihat soal untuk mengetahui yang ditanyakan, (b) merancang dan merencanakan solusi menggunakan intuisi antisipatori yang bersifat global, (c) mengeksplorasi solusi untuk masalah yang sulit tidak menggunakan intuisi, menggunakan cara sesuai perencanaan yang dibuat, (d) memverifikasi solusi tidak menggunakan intuisi, memeriksa jawaban dengan mengecek rumus yang digunakan dan menghitung kembali jawaban yang telah diperoleh. (2) siswa Field Dependent: (a) memahami dan menganalisis masalah menggunakan intuisi afirmatori yang bersifat langsung, mengalami kesulitan dalam menentukan apa yang ditanyakan, (b) merancang dan merencanakan solusi menggunakan intuisi antisipatori yang bersifat global, meskipun dapat membuat rencana dalam mencari solusi namun tidak sampai solusi akhir, (c) mengeksplorasi solusi untuk masalah yang sulit tidak menggunakan intuisi, menggunakan cara sesuai dengan yang direncanakan, (d) memverifikasi solusi tidak menggunakan intuisi, menghitung kembali jawaban yang telah diperoleh dengan cara yang sama.</p><p> </p> Kamandoko Kamandoko, Suherman Suherman Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/933 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 IMPLEMENTASI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN MINHAJUT THULLAB MUNCAR BANYUWANGI) https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/945 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>The implementation of character education is arguably the current era is very worrying, many moral issues, and propaganda becomes a regular thing for now. All sorts of things lawful, all forms of crime was rampant, the nation’s moral crisis is very minimal, so anyone can suppress and distort a responsibility that should be a mandate. Background of the case, how do we as a successor nation to always keep the repertoire of moral and religious values so harmoniously to apply in our daily lives. Life in the family to be the first in shaping the character education of children, after the environment than the school or boarding school. Why should the boarding school? Boarding school including the oldest educational institutions, even in the history of struggle and development of the nation, schools have a lot to contribute to the leaders of character bore a strong, militant, full of integrity, persistent, visionary, unyielding and sincere in fighting. The contribution does not stop during the struggle of the nation, but until today, leaders of the country’s highest institution led by many national leaders with backgrounds are boarding. The reason can be used as the view, that the boarding school can provide an experience that can make character education of children to be outstanding. By example, habituation, give examples, and others expected to produce santri that can be used as agents of change in Indonesia towards moral and religious. Attitudes that shape the character education like, discipline, responsibility, tolerance, self-reliance, honesty, and so forth.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak </strong></p><p>Penerapan pendidikan karakter era saat ini bisa dibilang sangat mengkhawatirkan, banyak masalah moral dan propaganda yang menjadi suatu hal yang biasa untuk saat ini. Segala macam hal dihalalkan, segala bentuk kejahatan sudah merajalela, krisis moral bangsa sangat minim sehingga siapapun mampu menindas dan menyelewengkan tanggungjawab yang seharusnya menjadi amanah. Berlatar belakang hal tersebut, bagaimana kita sebagai penerus bangsa untuk selalu menjaga khasanah nilai moral dan agama supaya selaras dan serasi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Kehidupan dalam keluarga menjadi yang pertama dalam membentuk pendidikan karakter anak, setelah itu lingkungan kemudian sekolah atau pondok pesantren. Kenapa harus pondok pesantren? Pondok pesantren termasuk lembaga pendidikan tertua, bahkan dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa, pesantren sudah banyak memberikan kontribusi nyata dalam melahirkan pemimpin yang berkarakter kuat, militan, penuh integritas, gigih, visioner, pantang menyerah dan ikhlas dalam berjuang. Kontribusi tersebut tidak berhenti pada masa perjuangan bangsa, melainkan hingga dewasa ini, pimpinan institusi tertinggi negara banyak yang dipimpin oleh tokoh nasional dengan latar belakang pesantren. Alasan tersebut mampu dijadikan pandangan, bahwa pondok pesantren mampu memberikan pengalaman yang bisa membuat pendidikan karakter anak menjadi luar biasa. Dengan keteladanan, pembiasaan, memberikan contoh, dan lain sebagainya diharapkan akan melahirkan santri-santri yang bisa dijadikan agen perubahan dalam menuju Indonesia yang bermoral dan beragama. Sikap yang membentuk pendidikan karakter itu seperti, kedisiplinan, tanggung jawab, toleransi, kemandirian, kejujuran dan lain sebagainya.</p> FIRMAN ASHADI Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/945 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI WAWASAN SENI MODEL JIGSAW SISWA KELAS XII-MIA-3 SEMESTER I SMA NEGERI 6 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/946 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>In the education of both teachers and students have a goal to gain mastery learning. It is, therefore, obvious in learning activities where students individually not get the score based on the standard complete (value ± 70), then the teachers have a duty and responsibility to improve the learning process to help students complete the learning activities. In the first cycle SCARA average student test results is equal to 68.06, these results when measured by Mastery Learning Criteria (KKM) which is 70, the average is still less than 1.04. When viewed individually the number who did not complete as many as 15 students or 42% while complete as many as 21 students or 58% of the total of 38 students. Therefore the need to improve the ability of students’ understanding gradually in accordance with the process through in learning activities. In the second cycle After the class action process in the second cycle executed, data such as the average number of student test results is equal to 80.56% of this figure 12.5%  higher than the results of the first cycle which only amounted to 68.06%, this results when measured by mastery Learning Criteria (KKM) at 70, then the average has been above criteria mastery Learning (KKM). When viewed individually the number of incomplete only one student, while complete as many as 37 students from a total of 38 students. Then to the application of research methods jigsaw in this class action may be expressed or Successfully Completed.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Dalam pendidikan baik guru maupun siswa mempunyai tujuan untuk memperoleh belajar tuntas. Oleh karena itu jelas dalam kegiatan pembelajaran apabila secara individual siswa belum mendapatkan nilai berdasarkan standar tuntas (nilai ± 70), maka guru mempunyai beban dan tanggung jawab untuk meningkatkan proses pembelajaran untuk membantu siswa menuntaskan kegiatan belajarnya. Pada Siklus I scara rata-rata hasil tes siswa yaitu sebesar 68,06, hasil ini jika diukur dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) yaitu sebesar 70, maka rata-rata tersebut masih kurang 1,04. Jika dilihat secara perorangan jumlah yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa atau 42% sedangkan yang tuntas sebanyak 21 siswa atau 58% dari total 38 siswa. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kemampuan pemahaman siswa secara bertahap sesuai dengan proses yang dilalui dalam kegiatan pembelajaran. Pada Siklus II Setelah proses tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan, diperoleh data berupa angka rata-rata hasil tes siswa yaitu sebesar 80,56% angka ini lebih tinggi 12,5% dari hasil siklus I yang hanya sebesar 68,06%, hasil ini jika diukur dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) yaitu sebesar 70, maka rata-rata tersebut sudah di atas Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM). Jika dilihat secara perorangan jumlah yang tidak tuntas hanya 1 siswa, sedangkan yang tuntas sebanyak 37 siswa dari total 38 siswa. Maka untuk penerapan metode jigsaw dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan Tuntas atau Berhasil.</p> PATREM BUDI WURYANTO Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/946 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PROCEDURAL FLUENCY MAHASISWA BERKEMAMPUAN TINGGI PADA PEMBELAJARAN ALJABAR MATRIKS MELALUI PENGGUNAAN MAPLE https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/947 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>The purpose of this study was to describe the smooth procedural (procedural fluency) students in determining the value of the determinant of the matrix using the MAPLE program. This research is a descriptive qualitative research subject is the third semester students of mathematics education courses MADIUN PGRI Teachers’ Training College. Data collection techniques using observational methods. Analysis of the data by using the results of observations on the first and second meetings. Credibility or degree of confidence in this research is by triangulation time. The results of this study can be concluded that students with high ability to: (1) have good skills in applying the procedure accurately, efficiently, and flexibly; (2) has a good ability in transferring the procedure at issue and different contexts; (3) has a good ability to build or modify the procedure from another procedure, and (4) has a good ability to identify strategies or procedures more precise, using the commands in the MAPLE program but does not perform in accordance with the settlement procedures. Students with moderate capabilities: (1) have good skills in applying the procedure accurately, efficiently, and flexibly; (2) has a good ability in transferring the procedure at issue and different contexts; (3) has a good ability to build or modify the procedure from another procedure, and (4) has a good ability to identify strategies or procedures more precise, using the commands in the MAPLE program and perform settlement in accordance with the procedure. Students with lower capabilities: (1) have a poor ability in applying the procedure accurately, efficiently, and flexibly; (2) the ability of poor / substandard in the transfer procedure in the matter and a different context;  (3) have a poor ability to build or modify the procedure from another procedure, and (4) has a good ability to identify strategies or procedures more precise, using the commands in the MAPLE program but does not perform in accordance with the settlement procedures.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kelancaran prosedural (<em>procedural fluency</em>) mahasiswa dalam menentukan nilai determinan matriks menggunakan program MAPLE. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian adalah mahasiswa semester III program studi pendidikan matematika IKIP PGRI MADIUN. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi. Analisis data dengan menggunakan hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua. Kredibilitas atau derajat kepercayaan pada penelitian ini adalah dengan triangulasi waktu. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dengan kemampuan tinggi: (1) memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel; (2) memiliki kemampuan yang baik dalam mentransfer prosedur pada masalah dan konteks yang berbeda; (3) memiliki kemampuan yang baik dalam membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur lain dan (4) memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali strategi atau prosedur yang lebih tepat, yaitu menggunakan perintah dalam program MAPLE tetapi tidak melakukan penyelesaian sesuai dengan prosedur. Mahasiswa dengan kemampuan sedang: (1) memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel; (2) memiliki kemampuan yang baik dalam mentransfer prosedur pada masalah dan konteks yang berbeda; (3) memiliki kemampuan yang baik dalam membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur lain dan (4) memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali strategi atau prosedur yang lebih tepat, yaitu menggunakan perintah dalam program MAPLE dan melakukan penyelesaian sesuai dengan prosedur. Mahasiswa dengan kemampuan rendah: (1) memiliki kemampuan yang kurang baik dalam menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel; (2) memiliki kemampuan yang kurang baik/kurang lancar dalam mentransfer prosedur dalam masalah dan konteks yang berbeda; (3) memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur lain dan (4) memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali strategi atau prosedur yang lebih tepat, yaitu menggunakan perintah dalam program MAPLE tetapi tidak melakukan penyelesaian sesuai dengan prosedur.</p> REZA KUSUMA SETYANSAH, TITIN MASFINGATIN Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/947 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI PEMBELAJARAN YURISPRUDENSI SISWA KELAS IV SDN WUNGU 01 KECAMATAN WUNGU MADIUN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/948 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>Research and development are done because there is no increase in the ability to describe the system of central government level through learning Jurisprudence. Research and development carried out by using the stages of the implementation of the action research consisted of planning, administration action, observation, analysis and reflection. The research subject is the fourth­grade students of SDN 01 District Wungu Wungu Madiun in the second semester 2015/2016 on Citizenship Education Subjects. The instrument of this study is the observation of student activity sheets, documentation, taping data and tests. Based on the results of classroom action research obtained and of the study of theory in this study it can be concluded as follows: (1) there is an increased ability affective fourth grade students of SD Negeri Wungu 01 District Wungu Madiun after applied learning cycle model Jurispudensi Teaching Model (learning Jurisprudence), (2) with increased skills and abilities affective process there will be increased interest in teaching citizenship education elementary school fourth grade students Wungu 01 District Wungu Madiun after learning applied learning cycle model Jurisprudence Teaching Model (learning Jurisprudence).</em></p><br /><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Penelitian pengembangan dilakukan karena belum ada peningkatan kemampuan mendeskripsikan sistem pemerintahan tingkat pusat melalui pembelajaran Yurisprudensi. Penelitian pengembangan dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan, pemberian tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Subjek Penelitian adalah siswa kelas IV SDN Wungu 01 Kecamatan Wungu Madiun pada semester II tahun 2015/2016 pada Mata Pelajaran PKn. Instrumen penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa, dokumentasi, perekaman data dan tes. Bardasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh dan dari kajian teori dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat peningkatan kemampuan afektif siswa kelas IV SD Negeri Wungu 01 Kecamatan Wungu Madiun setelah diterapkan pembelajaran model siklus belajar Jurispudensi Teaching Model (pembelajaran Yurisprudensi), (2) dengan meningkatnya keterampilan proses dan kemampuan afektif maka akan terdapat peningkatan minat belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas IV  SD Negeri Wungu 01 Kecamatan Wungu Madiun setelah diterapkan pembelajaran model siklus belajar Jurispudensi Teaching Model (pembelajaran Yurisprudensi).</p> NINING TRI WIDIASTUTI Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/948 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 KESENJANGAN REALITAS SIMBOLIK DAN REALITAS EMPIRIK DALAM HADITS NABI MUHAMMAD TENTANG BAKTI IBU KEPADA TIGA KALI BAKTI BAKTI KEPADA AYAH https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/949 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>The purpose of this study was to determine the gaps and the symbolic reality of empirical reality in Hadist Prophet Muhammad on devotion to the mother of three times the devotion to the father. The purpose is achieved by conducting research in Sub Klegen Kartoharjo District of the City of Madiun. Klegen consists of 48 Neighborhood, 2,219 heads of household with a population of 8876 people consisting childhood, early and late teens, adults, seniors. Village residents Klegen the population, the sample is taken from each age level. This research approaches with quantitative methods to the design of ex-post facto. The variable’s symbolic reality (disclosure to the theory of perception) and the empirical reality (disclosure with attitude theory). Instruments research with questionnaires about perceptions and attitudes. Data analysis with statistics. Expected outcomes are journals and teaching materials. The results showed that 1) Residents of villages Klegen in the 20-24 years age Symbolic Reality them (perception) and their empirical reality (attitude) about devotion to the mother three times consecrated the correlation coefficients father entered the category of strong (0.71172071: 0, 60­0.799), and significantly, t</em><em>0</em><em>&gt; t (21.6593&gt; 1.690); 2) Residents of villages in the age of 40-44 years Klegen Symbolic Reality them (perception) and their empirical reality (attitude) about devotion to the mother three times consecrated the correlation coefficients father entered the category of very strong (0.819802866: 0.80 to 1.000), and significantly t</em><em>0</em><em>&gt; t</em><em>11</em><em> (30.90411268&gt; 1.690); 3) Residents of villages in the age of 60­64 years Klegen Symbolic Reality them (perception) and their empirical reality (attitude) about devotion to the mother three times consecrated the father is no correlation coefficients categorized as very strong (0.982081: 0.80 to 1.000), included in the category of very strong and significant, </em><em>t</em><em>0</em><em> &gt; t</em><em>1</em><em> (83,8640059).</em></p><br /><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesenjangan realitas simbolik dan realitas empirik dalam Hadits Nabi Muhammad tentang bakti kepada ibu tiga kali bakti kepada ayah. Tujuan tersebut tercapai dengan mengadakan penelitian di Kelurahan Klegen Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun. Kelurahan Klegen terdiri dari 48 Rukun Tetangga, 2.219 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 8.876 orang yang terdiri kanak-kanak, remaja awal dan akhir, dewasa, manula. Warga <em>0</em><em>&gt; t</em><em>1 </em>Kelurahan Klegen merupakan populasi, sampelnya diambil dari tiap jenjang usia. Pendekatan penelitian ini dengan metode kuantitatif dengan desain <em>ex-post facto.</em> Variabelnya adalah realitas simbolik (pengungkapannya dengan teori persepsi) dan realitas empirik (pengungkapannya dengan teori sikap). Intrumens penelitian dengan angket tentang persepsi dan sikap. Analisa datanya dengan statistik. Luaran yang diharapkan adalah jurnal dan bahan ajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Warga kelurahan Klegen dalam usia 20-24 tahun Realitas Simbolik mereka (persepsi) dan Realitas Empirik mereka (sikap) tentang bakti pada ibu tiga kali bakti pada ayah koefisian korelasi masuk pada kategori kuat (0,71172071: 0,60 – 0,799 ), dan signifikan, t (21,6593); 2) Warga kelurahan Klegen dalam usia 40-44 tahun Realitas Simbolik mereka (persepsi) dan Realitas Empirik mereka(sikap) tentang bakti pada ibu tiga kali bakti pada ayah koefisian korelasi masuk pada kategori sangat kuat (0,819802866: 0,80 – 1,000), dan signifikan t0&gt; t (30,90411268 &gt;1.690); 3) Warga kelurahan Klegen dalam usia 60-64 tahun Realitas Simbolik mereka (persepsi) dan Realitas Empirik mereka(sikap) tentang bakti pada ibu tiga kali bakti pada ayah ada koefisian korelasi masuk kategori sangat kuat (0,982081: 0,80 – 1,000), termasuk pada kategori sangat kuat dan signifikan, t0 &gt; t1 (83,8640059).</p> SITI MUHAYATI, PANJI KUNCORO HADI, DIANA ARISWANTI TRININGTYAS Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/949 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DENGAN MENDENGARKAN/MENYIMAK MENGGUNAKAN BUKU BICARA PADA ANAK TUNA NETRA KELAS XI SMALB PSM TAKERAN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/950 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>Quality improvement and education relevance are one of the national development programs which is closely related to human resource development. Many innovations and programs are done, yet a various indicator showed that the quality of education has still not increased significantly. Many problems may appear in performing the instruction learning, especially for a special education. There is many factors caused the instruction enforcement obstacle for exceptional children such as a psychological factor that consist of 1) intelligence factor, 2) attention factor, 3) interest factor, 4) talent factor, and 5) emotional factor. Observing Buku Bicara for exceptional children with blindness is one of teacher effort to improving children’s motivation and interest in its eventual impacted the level of children activity and children learning output. By using Buku Bicara children tend to be more concentrating on the learning material, so their performance will increase. It can be concluded that the used of Buku Bicara for exceptional children with blindness has a good significant result in children learning performance. Buku Bicara is one of the aids used for blindness to get the information. Baku Becerra has a great benefit for the blindness education, on the contrary; Buku Bicara will decrease its benefit if it used the incorrect technique.</em></p><p><em> </em></p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat erat kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia. Berbagai inovasi dan program telah dilaksanakan namun dari berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Dari berbagai lembaga khususnya lembaga pendidikan luar biasa muncul berbagai masalah dalam melaksanakan pembelajaran. Ada beberapa faktor penyebab kendala pelaksanaan pembelajaran pada anak luar biasa diantaranya adalah faktor psikologis yang terdiri dari: 1) Faktor intelegensi, 2) Faktor perhatian, 3) Faktor minat, 4) Faktor bakat, 5) Faktor emosi. Menyimak buku bicara bagi siswa luar biasa khususnya bagi anak tuna netra adalah merupakan salah satu upaya guru untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa yang pada akhirnya berdampak pada angka keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Karena dengan menggunakan buku bicara siswa akan lebih dapat berkonsentrasi pada apa yang diajarkan sehingga prestasinya akan meningkat. Hasil penelitian penggunaan buku bicara pada anak tuna netra menunjukkan hasil yang signifikan dalam hasil belajar siswa. Buku bicara adalah salah satu alat bantu yang digunakan oleh tuna netra untuk memperoleh informasi. Buku bicara besar manfaatnya bagi pendidikan anak tuna netra namun apabila buku bicara digunakan tanpa teknik yang benar akan mengurangi manfaat pada buku bicara itu sendiri.</p> TARBIYATUTTAMMI TARBIYATUTTAMMI Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/950 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PENERAPAN STRATEGI READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII C PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS DI MTs THAMRIN YAHYA RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/951 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>This research is motivated by the low result of learning the Quran Hadith eighth grade students understand the content of C in the material content of the surah al-Humazah and at-Takatsur MTs Yahya Thamrin Rambah Rokan Hilir Hulu. Of the 28 students of class VIII C who received grades above KKM amounted to 75 only 10 people, while 18 other students received grades below KKM. Based on these findings, the authors sought to improve student learning outcomes VIII class C through a classroom action research strategy Reading Aloud. Subjects in this study were teachers and all the students of class VIII C totaling 28 students consisting of 8 male students and 20 female students. While the object of this study is the implementation strategy of Reading Aloud to improve learning outcomes Qur’an Hadith eighth grade students understand the content of C in the material content of the surah al-Humazah and at-Takatsur MTs Yahya Thamrin Rambah Rokan Hilir Hulu. Collecting data in this study using observation, achievement test, interview, and documentation. After processing the data, and then analyzed using descriptive analysis techniques of qualitative and quantitative. Meanwhile, to test the hypothesis of this study were analyzed by the test “t”. From the results of data analysis can be concluded that the implementation strategy of Reading Aloud to improve learning outcomes Qur’an Hadith eighth grade students understand the content of C in the material content of the surah al-Humazah and at-Takatsur, from an average of 69.86 in the prior action became the first cycle of 76.29 and 81.79 in the second cycle. Hypothesis test results obtained price amounted to 19.494 much greater than the value table at a significance level of 5% and 1%. Thus the alternative hypothesis (Ha) is acceptable. Based on the conclusions of this  study, the authors advise that teachers would Quran Hadith should be able to apply a variety of  active learning strategies, especially strategies Reading Aloud on an ongoing basis to overcome the low results for students at the school.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIII C pada materi memahami isi kandungan surat <em>al-Humazah dan at-Takatsur</em> di MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Dari 28 orang siswa kelas VIII C yang memperoleh nilai di atas KKM sebesar 75 hanya 10 orang, sedangkan 18 orang siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM. Berdasarkan hasil temuan inilah, maka penulis berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII C melalui sebuah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan strategi <em>Reading Aloud</em>. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas VIII C yang berjumlah 28 orang siswa yang terdiri dari 8 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Sementara objek penelitian ini adalah penerapan strategi <em>Reading Aloud</em> untuk meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis siswa kelas VIII C pada materi memahami isi kandungan surat al-Humazah dan at-Takatsur di MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes hasil belajar, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dilakukan pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian ini, dianalisis dengan uji tes “t”. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi <em>Reading Aloud</em> dapat meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadis siswa kelas VIII C pada materi memahami isi kandungan surat al-Humazah dan at-Takatsur, dari rata-rata sebesar 69,86 pada sebelum tindakan menjadi 76,29 pada siklus I dan 81,79 pada siklus II. Hasil uji hipotesis diperoleh harga t sebesar 19,494 jauh lebih besar dari nilai t  pada taraf signifikan 5% maupun 1%. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima. Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian ini, maka penulis memberikan saran agar kiranya guru Al-Qur’an Hadits hendaknya dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran aktif, khususnya strategi <em>Reading Aloud</em> secara berkesinambungan guna mengatasi rendahnya hasil belajar siswa di sekolah.</p> BASHORI BASHORI Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/951 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PENERAPAN AJARAN TAMANSISWA UNTUK MENUMBUHKAN KECINTAAN ANAK TERHADAP MATEMATIKA SEJAK DINI https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/943 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>For some children, mathematics learning is an annoying thing. They are afraid because they do not understand, don’t smart to count and don’t answer to teacher questions quickly. They were also sued by their parents to understand the mathematics, but they may not love it. This is why the stigma of mathematics as a scary lesson never collapse. If parents want their children can solve a math problem, then parents should motivate a love of mathematics from an early age. While the task of the teacher in the school is to develop a process of a funny mathematics learning. By instilling a love of math foundation early and applying mathematics learning fun, the children will be free. When a child in a state of independence, it will accept science easily. Ki Hadjar Dewantara constantly reiterated that education would go well if the student has the inner independent, physical independent, mind-independent and strength independent. This is consistent with the Tamansiswa educational goals is building human physical and inner and with the sublimity of mind and physical become useful members of society and responsible for the welfare of the nation and the homeland as well as people in general.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Bagi sebagian anak, belajar matematika merupakan suatu hal yang membosankan<em>.</em>Mereka merasa takut karena merasa tidak paham materi dari guru, tidak pandai berhitung dan tidak cepat dalam menjawab pertanyaan guru.Mereka juga merasa dituntut oleh orang tua untuk mengerti matematika padahal belum tentu menyukainya.Hal inilah yang menyebabkan stigma matematika sebagai pelajaran yang menakutkan tidak pernah runtuh.Jika orangtua menginginkan anaknya bisa matematika maka orangtua harus menumbuhkan kecintaan terhadap matematika sejak dini. Sedangkan tugas guru di sekolah adalah mengembangkan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan. Dengan menanamkan pondasi kecintaan matematika sejak dini dan menerapkan pembelajaran matematika yang menyenangkan, maka anak akan merdeka. Ketika anak dalam keadaan merdeka, maka akan mudah menerima ilmu pengetahuan. Ki Hadjar Dewantara senantiasa menegaskan bahwa pendidikan akan berjalan dengan baik jika anak didik merdeka batinnya, merdeka lahirnya, merdeka pikirannya dan merdeka tenaganya. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan tamansiswa yaitu membangun manusia lahir batinnya dan dengan keluhuran akal budi dan jasmaninya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggungjawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air serta manusia pada umumnya.</p> ISTIQOMAH ISTIQOMAH Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/943 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700 PGASING DENGAN METODE FISIKA MISTERI UNTUK PEMAHAMAN KONSEP TORSI SISWA KELAS XI DI SMAN 1 BALIKPAPAN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/944 <p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>This article aims to understand the simple physics concept of torque in FISMIS (Physics Mysteries) method. The method can inspire the innovative learning physics and one of the alternatives in answering the concept of physics, especially in torque material. The experiments of torque were conducted by using the media such pens and ring necklaces which were given treatments such encouragement, pressure, and deviation. From the pre-test result of 10 items and ten items about the concept of counting were known to have 20% of the 200 SMAN 1 Balikpapan students in class XI were able to understand the answer about the concept of torque and 80% of students were able to answer counting problems correctly. However, after being given Pgasing with FISMIS method problem solving of torque, the post-test result there were 95% of students who can understand the concepts and solve it correctly.As for the concept of counting with I2T shows pupils more rigorous in calculating quickly without leaving the concept.</em></p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong></p><p>Artikel ini bertujuan untuk memahami konsep fisika tentang torsi secara sederhana dengan metode FISMIS (Fisika Misteri). Metode tersebut bisa menjadi inspirasi pembelajaran fisika yang inovatif dan salah satu alternatif dalam menjawab konsep fisika khususnya pada materi torsi. Eksperimen tentang torsi dilakukan menggunakan media bolpoint dan kalung ring dengan diberi perlakuan berupa dorongan, tekanan serta simpangan. Dari hasil pre test 10 butir soal konsep dan 10 soal menghitung diketahui ada 20 % dari 200 siswa kelas XI di SMAN 1 Balikpapan yang  mampu memahami dalam menjawab soal konsep torsi dan80 % siswa mampu menjawab soal menghitung dengan benar. Tetapi setelah diberi PGasing dengan metode FISMIS <em>problem solving </em>tentang torsi, hasil post tes 95 % siswa mampu memahami konsep dan mampu menjawab secara benar. Sedangkan untuk konsep menghitung dengan I T menunjukan siswa semakin teliti dalam menghitung secara cepat tanpa meninggalkan konsep.</p> HANDOYO SAPUTRO, PUJI HARIATI WININGSIH Copyright (c) 2017 Jurnal Penelitian LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) IKIP PGRI MADIUN https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JP-LPPM/article/view/944 Mon, 30 Jan 2017 00:00:00 +0700