JCARE

User Profile

Profile Image

Salsabella Camelia

Bio Statement Karena lambang keris pusaka banyak digunakan hampir di seluruh provinsi dan kabupaten sebagai rasa semangat membangun Indonesia yang mengusung nilai persatuan di seluruh nusantara. Jual keris tombak dalam retorika visual dimaknai sebagai simbol, logo, dan merek merupakan metafora dari penciptanya dalam hal ini desainer untuk mewujudkan visi misi perusahaan atau institusi menjadi identitas (corporate identity). Dari segi semiotika visual atau semiologi, keris mengalami perubahan makna dan bentuk secara visual dalam simbol, logo, dan merek secara simbolis realitas kesehariannya bukan sebagai pelengkap busana adat. Latar belakang sejarah pergerakan dimulai pada tahun 2021 dalam hal banyak seniman dan aneka koleksi keris pusaka murah di Indonesia menciptakannya dengan berbagai tujuan, pada dasarnya keris Kamardikan Surakarta memiliki dua titik pergerakan, yaitu estetika dan historis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan multidisiplin yang berfokus pada studi seni rupa. Pendekatan estetika digunakan untuk menghubungkan gaya seni. Pendekatan ini digunakan dengan pendekatan lain dan menggunakan teori-teori yang relevan seperti: sejarah, komunikasi, antropologi, arkeologi, dan sosiologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gerak keris kamardikan Surakarta terletak pada struktur atau coraknya. surat kabarnya di tengah-tengah masyarakat seperti surat kabar Suara Merdeka di Jawa Tengah. Melihat semua itu, nampaknya idiom-idiom lokal diharapkan mampu mengangkat produk melalui iklan yang memperkuat brand image perusahaan. Hal ini juga memunculkan idiom-idiom produk budaya menjadi elemen dalam visualisasi iklan yang sudah menjadi kebutuhan dalam globalisasi persaingan dunia tentang citra lokal yang semakin mapan secara global. Maka jika kita perhatikan, keberadaan lambang keris sebagai bentuk apresiasi terhadap nilai-nilai perlambangan gengsi keris sebagai artefak budaya bangsa kita yang luhur. Jika ditelisik lebih dalam pada karya seorang pembuat keris khususnya keris, keris merupakan penyederhanaan bahasa yang mengungkapkan bahasa kehidupan yang begitu rumit pada masa itu menyangkut perilaku, agama, politik, cita-cita, teknologi, dll. Kesimpulan Keberadaan budaya atau budaya lokal yang digunakan dalam logo/merek tematik tidak dapat dipungkiri digunakan sebagai strategi kreatif untuk membedakan para pesaing. Nilai ikonisitas dari visualisasi simbolik keris yang dibalut dengan citra visual logo secara keseluruhan tidak serta merta hanya sebagai aksesoris, dimana visual diletakkan secara simetris atau ditempatkan di tengah. Ini visualisasi keris seperti mencuat, jadi terkesan dipaksakan. Demikian pula sebagai interpretasi baru idiom visual keris yang diwujudkan dalam sebuah karya logo yang memanfaatkan konsepsi seni visual ikonisitas tradisional. Sehingga penggunaan idiom secara kontekstual tereduksi karena pengolahan seniman dalam memaknai bentuk secara simbolis. Dengan demikian kehadiran idiom tradisi tidak lagi sebagai tematik dalam menampilkan ide tetapi sebagai simbol tekstual yang ditawarkan oleh seniman untuk memberikan kebebasan interpretasi.Jika menyatu dengan nilai-nilai dalam lambang/logo provinsi secara keseluruhan.Namun, nilai budaya yang diusung sebenarnya bersifat rancu atau dipaksakan oleh visi dan misi citra produk konsumen itu sendiri, tetapi dilegitimasi dalam logo/simbol. Sebagai mata uang karena budaya keris sebagai nilai untuk dijual kepada konsumen nilai komersial, merupakan kontradiksi dengan nilai luhur keris. Bisa jadi tema budaya sebagai upaya membentengi dan melestarikan keris untuk diperkenalkan kembali kepada masyarakat yang notabene telah kehilangan identitasnya di tengah masuknya budaya massa (hegemoni) dengan citra postmodernisme saat ini.